Dahulu kusangkakan jerami adalah padi
Yang dengan sombong kumakani dan terbuang disana - sini
Padahal ada ilmu yang bermanuver tak sekedar sahir
Lalu dari dolmen tak mungkin ku sihir menjadi menhir
Apa yang kau tantang?
Kau mau aku menangisi mayatnya Aristoteles?
Atau kau mau aku menemui megandie diawal abad 19?
Kau beriak dengan teriak
Mengusik gelembung agar menepi
Hanya dari sepersekian detik aku menjadi paham
Yang ditunggu segumpal manusia awam
Merangkai sisa pulut dari zaman berego kelam
Menuju bangsa yang rupawan
Kau pikir siapa?
Kami bahkan lupa diri
Hanya agar yang hamil tak ditinggal janin
Yang menjadi janin tak lahir minim
Yang tumbuh tak lagi lahir dengan gastronom
Lalu yang mati tak perlu membawa dendam
Apa yang kau tantang?
Kami menangisi dengan suara lantang
Dari ribuan jerit aral melintang
Kami pemilik tahta tak terujung
Banjarbaru, 02 November 2018
Jumat, 02 November 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar